Friday, February 28, 2020

Fiqih Akhlak: Mengingat Keamanan dan Mewaspadai Ancaman


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu
Hai semua, kali ini kita akan membahas Fiqih Akhlak: Mengingat Keamanan dan Mewaspadai Ancaman,,, mari kita bahas!

          Jika seseorang hendak berakhlak mulia maka dia harus meninstropeksi dirinya/mengkoreksi dirinya,,, sebelum melakukan sesuatu kita harus sadar untuk mengkoreksi diri kita apakah yang dilakukan ini sudah benar atau belum.

Bagi seseorang yang hendak berakhlak mulia, hendaklah mematuhi beberapa hal seperti berikut:
1.     Seseorang itu harus mempelajari akidah yang benar, kenapa? Karena akidah yang benar itu bisa menjadi pedoman untuk memperbaiki akhlak seseorang .
2.     Seseorang harus banyak berdoa, apabila hendak memperbaiki akhlak kita hendak lah meminta kepada Allah SWT.
3.     Seseorang tersebut harus belajar, maksudnya dia itu harus belajar tentang bagaimana cara memperbaiki diri/memuhasabah diri.
4.     Seseorang itu haruslah berusaha, berjuang, membiasakan diri, menjadikan apa yang telah dilakukan menjadi suatu pembelajaran. Pada tahap ini kita memang harus harus mengikuti hasilnya.
5.     Seseorang itu harus memeriksa diri/mengevaluasi diri, maksudnya itu setelah kita melaksanakan hal yang kita laksanakan diatas, kita haris memeriksa diri kita lagi apakah ini sudah benar atau belum.
6.     Disaat kita melakukan sesuatu yang baik, kita harus mempelajari kemuliaan, seperti kita sedang membantu seseorang yang sedang kesusahan, pada saat itu juga kita harus memahami apa kemuliaan yang telah kita lakukan.
7.     Seseorang itu harus merenungi dampak baik dan dampak buruk, setelah kita melakukan sesuatu hal, kita harus memahami apa dampak baik yang kita dapat dan apa dampak buruk yang kita dapat.

Di dalam surat Al-Ahzab:45
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
Terjemah Arti: Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan,

Ada metode Tarbiyah (memperbaiki sesuatu dan meluruskannya) yang Allah SWT jelaskan didalam Al-Qur’an maksudnya harus ada sanksinya, contoh:

Pada surat Al-Hijr: 49-50
۞ نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Terjemah Arti: Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,

وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الْأَلِيمُ
Terjemah Arti: Dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.

Pada surat Al-Hijr ayat 49, Allah SWT membawa kabar gembira dan pada ayat 50, Allah SWT juga memberitahu sanksi apabila kita melanggar tentang apa yang Allah SWT perintahkan.

Apabila kita mengucapkan salam, itu adalah doa untuk orang dan diri kita. Barang siapa yang senang membantu, maka saat di akhirat Allah SWT memudahkan urusannya. Kalau kita tidak membawa uang padahal sangat ingin bersedakah kepada orang yang membutuhkan, hanya cukup dengan senyuman.

Ada seseorang yang berakhlak mulia, dia sangat dicintai oleh para malaikat, bahkan didoakan oleh para malaikat. Jika ada cacian dan makian, cobalah untuk diam maka ada malaikat yang yang membalas cacian tersebut dan  apabila kita membalas cacian tersebut maka kita sedang ditunggangi syaitan, dibisikan syaitan untuk membuat kita semakin marah.

Dalam penjabaran sebuah hadits, orang yang paling berakhlah, pada saat hari kiamat dia termasuk kedalam golongan yang paling dekat dengan Rasulullah. Sebaliknya apabila yang yang jelek akhlaknya, buruk akidahnya maka dia termasuk kedalam golongan yang letaknya jauh dari Rasulullah.

Allah SWT sangat menyayang orang yang Berakhlak.

Mungkin hanya segitu saja yang dapat saya sampaikan, apabila ada kesalahan mohon dimaafkan.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

1 comment: